Purnama Empat Tahun Lalu
“Assalamu’alaikum”, perempuan berbaju putih dan berrok biru muda membuka
pintu. “Waalaikum salam. Kok, adik cepat sekali pulangnya hari ini?”, tanyanya.
“Ia nih Kak, guru yang mengajar jam terakhir tidak masuk katanya mau ke undangan
pernikahan” jawab Ain, adik lelaki itu. “Hm..
Begitu ya?”, jawabnya.
“Kakak Hakim kapan sih mau menikah?” tanya Ain, wajahnya memimik seolah
menunggu jawaban. “Nikah?”, tanyanya kembali, seolah ia tak menginginkan
pertanyaan itu. “Iya Kak, Kak Majid yang tetangga kita itu bulan depan mau
nikah loh Kak”, tanya Ain, ia
berkerudung marun saat itu.
“Ah, adik kalau makan itu tak boleh bicara, sunnah Nabi kan begitu.
Masa anak Aliyah harus Kakak ingatkan
lagi”, jawabnya. Hakim lelaki itu bergegas menamatkan makannya. “Ah, Kakak”,
keluh Ain.
Hakim lalu segera masuk ke kamar. Wajahnya termenung, mungkin
tersandung pertanyaan adiknya tadi. “Kumala Syahputri...”, dari lisannya
berdesir. Ingatannya menelusur jauh. Kumala gadis yang telah menambatkan kesan
yang tak ia lupakan. Kejadian malam purnama itu, benar-benar telah terpancang
dalam ingatannya.
“Ya Allah, ampunilah aku, bimbinglah aku, bimbinglah Kumala, bukakanlah
ia jalan lurus-Mu”. Ia dalam menatap langit-langit kamarnya. Tak lama setelah
itu matanya terpejam. Akhir-akhir ini ia banyak melawat beberapa daerah untuk
pembinaan mahasiswa.
Nama panggilannya Hakim. Lengkapnya Hakim Al Muyassar. Ia mahasiswa
tingkat akhir. Ia anak pertama dari tiga bersaudara, Ain lengkapnya Nurul Aini
Al Muyassar, dan Ilmi, Nurul Ilmi Al Muyassar. Cita-citanya menjadi penulis,
seperti Buya Hamka, penulis, sastrawan, intelektual, juga ulama. Di depan
kamarnya, di perpustakaan pribadinya, dan pada sampul buku hariannya tertulis
Prof. Dr. Hakim Al Muyassar, M.Pd.
Kumala, teman sekampusnya. Kejadian malam purnama itu adalah kejadian
beberapa tahun lalu, saat kegiatan pelatihan kepemimpinan mahasiswa baru.
Seperti umumnya, setelah penerimaan
mahasiswa baru, oleh masing-masing Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS)
menyelenggarakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Ini bertujuan untuk menyemai bibit
kepemimpinan kepada setiap mahasiswa yang diharapkan dapat menjadi generasi
baru, generasi harapan bangsa, yang mau tak mau, pasti akan mewarisi tampuk kepemimpinan,
sepuluh atau dua puluh tahun ke depan.
Generasi tua akan berlalu dan meninggalkan sejarahnya. Begitulah watak
kehidupan di permukaan bumi ini. Begitulah realitas hidup. Orang mengatakan
setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Olehnya, regenerasi dan
kaderisasi menjadi hal mutlak yang mesti, untuk menyiapkan generasi penerus
yang andal, bukan generasi yang lemah. Begitulah pemaparan Ketua Program Studi
dan Ketua HMPS saat membuka dan membawakan sambutan di LDK itu.
Hakim dan Kumala saat itu bertindak sebagai panitia, juga beberapa teman seangkatan dan kakak tingkat mereka. Tepatnya mereka saat itu semester tiga.
Hakim dan Kumala saat itu bertindak sebagai panitia, juga beberapa teman seangkatan dan kakak tingkat mereka. Tepatnya mereka saat itu semester tiga.
Komentar
Posting Komentar