Hijrah Kumala






Setelah kejadian purnama itu Kumala mulai menata dirinya. Sejak SMA ia sudah mulai terbelenggu dengan hingar-bingar kota. Kejadian purnama empat tahun lalu, menyentak Kumala untuk menata diri. Ia mulai mengenakan hijab, mulai melibatkan diri pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Mushola kampus menjadi tempat yang sering dikunjunginya setelah kuliah atau ketika ada jadwal kajian. Ia sering berpartisipasi menjadi panitia.


Hingar-bingarnya kota, dari gang-gang sempit hingga perhotelan elit, transaksi narkoba, pesta minuman keras, sampai kebejatan telah menjadi rahasia umum. Rahasia tapi diketahui oleh banyak orang. Demikian watak kehidupan kota, semua orang berhak melakukan apa saja, tak boleh ada yang melarang. Kota yang pembangunan fisiknya menyilaukan mata, gedung-gedung bertingkat, ruko-ruko yang berjejer, jalan-jalan yang benderang di malam hari. Namun sering kali abai terhadap pembinaan manusia.



Memang awalnya tidaklah mudah. Masih saja ada teman-teman lamanya yang mengata-katainya, mencemoohnya. Tidak ada pilihan lain, walau tidak mudah untuk hijrah dari masa lalu yang kelam, menuju masa depan gemilang, selain harus tetap bertahan, tetap mengikatkan diri bersama-sama teman-teman yang baik.


Teman-teman akhwat di LDK menyambutnya dengan ramah. Dari sirah mereka menangkap pelajaran bahwa Tuhan tidak pernah memasalahkan masa lalu seseorang. Kepada setiap insan yang ingin hijrah, kepada setiap manusia yang ingin berbenah, Tuhan selalu membukakan pintu-Nya, Tuhan dan orang-orang yang turut perintah-Nya selalu menyambut dengan wajah yang ramah, dada yang lapang. Siapapun dia, apapun warna kulitnya, terpandang atau terhina di mata manusia, saat berkeinginan untuk berbenah, sejak langkah pertamanya, sejak itu pula masa lalunya tidaklah boleh menjadi klaim untuk terus mengatainya, mencemoohnya.


Terkadang kita harus melewati bebarapa ujian, agar kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janjinya. Terkadang kita harus berjalan di kegelapan agar kita tahu pentingnya kehadiran cahaya, untuk terus dekat dengan cahaya itu. Terkadang kita mesti dipertemukan dengan ketidakbaikan, agar kita tahu bahwa kebaikan tidak akan pernah kehilangan nilainya, takkan pernah luntur ditelan zaman. Terkadang kita harus jatuh bangun bergelimang payah, agar kita benar-benar berkomitmen di jalan kebaikan, bukan kepalsuan, bukan fiktif belaka, tetapi benar-benar pilihan hidup. Kebaikan bukan untuk dibanggakan, kebaikan bukan untuk menuai pujian. Cacian, cercaan, hinaan, adalah kerikil-kerikil yang menuntun kita menuju jalan kebaikan yang sesungguhnya secara totalitas.


Kumala terus menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan dakwah kampus. Hakim juga banyak menyibukkan diri pada kegiatan-kegiatan pembinaan mahasiswa di organisasi ekstra kampus. Mereka hanya beberapa kali bertemu saat perkuliahan berlangsung.


Komentar

Populer