Jalan Meneguhkan Takdir (Dialog tentang Transperspektif Kegagalan Cinta)



Katanya, "Banyak diantara wanita yang lebih percaya kepada lelaki yang menitip kata di jalan-jalan, daripada laki-laki yang serius ingin meminangnya dan menghargainya sebagai wanita mulia"


"Jadi harus menjadi penitip kata di jalanan?", kataku


"Tidak juga, jika demikian maka kau lemah", lanjutnya, "boleh jadi itu ujian untuk kau semakin kokoh dengan jalan yang kau ambil". Paparnya, "Insya Allah, takkan pernah tertukar"


"Saya kan tak pernah tahu", kataku


"Olehnya, kau harus berupaya maksimal, juga tak perlu kau merasa lebih baik dan memandang yang lain tidak baik", tuturnya. "Namun, tidak perlu kau lemah untuk menjadi orang baik dan terus berupaya baik"


---Salah satu perspektif menuju kebaikan----

 

Sumber Gambar: Google
 

Terkadang kita harus melewati bebarapa ujian, agar kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janjinya.


Terkadang kita harus berjalan di kegelapan agar kita tahu pentingnya kehadiran cahaya, untuk terus dekat dengan cahaya itu.


Terkadang kita mesti dipertemukan dengan ketidakbaikan, agar kita tahu bahwa kebaikan tidak akan pernah kehilangan nilainya, takkan pernah luntur ditelan zaman.


Terkadang kita harus jatuh bangun bergelimang payah, agar kita benar-benar berkomitmen di jalan kebaikan, bukan kepalsuan, bukan fiktif belaka, tetapi benar-benar pilihan hidup.


Kebaikan bukan untuk dibanggakan, kebaikan bukan untuk menuai pujian. Dan, cacian, cercaan, hinaan, adalah kerikil-kerikil yang menuntun kita menuju jalan kebaikan yang sesungguhnya secara totalitas.






Komentar

Populer