Gerakan Muhammadiyah dan Konstruksi Peradaban (Sebuah Ide)




Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Istilah masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, dalam term lain disebut sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Gafur, ada juga term masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Namun apapun sebutannya, rujukan akhirnya adalah masyarakat yang dibentuk oleh Rasulullah SAW yaitu Madinah Al Munawwarah (eks Yastrib).




(Foto Bersama pada Kegiatan Workshop Riset dan Pengembangan Keilmuan oleh Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)


Rasulullah Muhammad SAW memimpin Madinah ini kurang lebih sepuluh Tahun (jika dihitung sejak Hijrah), ada beberapa prestasi gemilang yang dicapainya yang tak hanya diakui oleh Ulama dan Ilmuan Islam, tetapi juga Ilmuwan Non-Muslim dan Orientalis, baik dulu maupun sekarang. Prestasi gemilang itu diantaranya sebagai berikut:

  1. Mempersaudarakan Aus dan Khazraj (penduduk Asli Madinah, selain Yahudi) yang telah lama berperangkesumat dan mempersaudarakan kaum Anshor (penduduk di Madinah) dan Muhajirin (penduduk yang hijrah bersama Rasulullah) dalam dekapan ukhuwah islamiyyah yang erat
  2. Menyeimbangkan jasmani-rohani, dunia dan akhirat, yang dalam sejarah peradaban sebelumnya seperti Yunani, belum ada konsep utuh dan holistik sedemikian adanya.
  3. Menyusun Piagam Madinah yang menjadi aturan dasar kehidupan
  4. Terciptanya keadilan, kemakumuran, tidak hanya untuk umat muslim, melainkan juga non muslim.


Masyarakat madani dibawah kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW telah menjadi cikal-bakal peradaban Islam selanjutnya, bertakhta kurang lebih di dua per tiga belahan bumi selama kurang lebih 350 tahun. Capaian selama 350 tahun itu telah banyak mempelopori dan menjadi terobosan baru dalam bidang sains, kedokteran, adab, sosial, hukum, material, pertahanan-keamanan, dan lainnya.


Dalam realitas kekinian umat muslim, baik di negara muslim atau di negara mayoritas berpenduduk muslim, tertinggal dalam berbagai dimensi kehidupan. Umat islam di dunia sering terlibat dalam perang saudara, pembunuhan atas nama Islam terjadi dimana-mana; kemiskinan, padahal rata-rata negeri muslim adalah negeri yang kaya (misalnya minyak 70% ada di negeri umat muslim); Palestina dan negeri-negeri muslim yang lain menjadi bulan-bulanan non Islam, padahal dalam bentang waktu lalu Islam banyak membebaskan negeri-negeri Non Islam dengan beradab; ilmu pengetahuan dan tekonologi dikomandani oleh negeri-negeri barat; universitas-universitas Islam tidak lagi menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan; banyak saudagar-saudagar islam berlomba memperkaya diri dan keluarga; dan masih banyak lagi masalah lainnya. 


Pertanyaan sederhana terkait ini yaitu bagaimana mungkin bisa pada suatu masa umat islam menjadi pelopor peradaban dan saat ini umat muslim menjadi jongos dan tertinggal? Di bawah ini beberapa pendapat terkait sebab-sebab kemunduran Islam:

  1. Mayoritas muslim menganggap islam sebagai agama yang sakral yang sudah final 
  2. Legitimasi sejarah oleh beberapa oknum untuk kepentingan politik
  3. Cenderung memperteruskan dendam sejarah
  4. Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemodernan dinggap sebagai bid’ah dan mempelajarinya dihukumi haram
  5. Tidak bersatunya umat muslim


Dari beberapa sebab-sebab kemunduran Islam di atas, secara umum kami menyimpulkan bahwa mayoritas umat muslim kini tidak lagi memahami Islam, tidak lagi memahami Quran dan Sunnah secara benar. Maksudnya adalah tidak lagi berislam seperti tuntunan Islam semestinya, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Umat islam telah meninggalkan Qur’an dan Sunnah. Secara konsep Islam adalah agama yang paripurna-holistik dan mempunyai nilai-nilai universal yang dapat membentang sepanjang zaman dan seluas bumi. Sebagaimana firman Allah SWT:


“Dialah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama mesikpun orang musyrik membencinya”. 
(QS. As-Shaf (61):9)


Namun demikian kejadian umat islam sedemikian telah dikabarkan Rasulullah Muhammad SAW untuk dijadikan nazhirah (peringatan) dan/ atau basyirah (kabar gembira), seperti tertera dalam hadits berikut:


“Ditengah-tengah kalian berlangsung masa kenabian sesuai dengan yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian (akan) berlangsung masa ke-Khilafahan yang bersandar kepada manhaj Nabi sesuai dengan kehendak Allah, lalu Allah pun mengangkatnya sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu muncul masa para penguasa yang menggigit (zalim), dan berlangsung sesuai dengan kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu datang lagi masa para penguasa diktator (bengis), dan berlangsung sesuai dengan kehendak Allah, lalu Allah pun mengangkatnya sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian akan (muncul) masanya ke-khilafahan (lagi) yang bersandar pada manhaj nabi. Dan kemudian Rasulullah terdiam.” 
(Musnad Imam Ahmad Nomor 17680) 


Dari hadits tersebut di atas kami menyimpulkan bahwa Masyarakat Madani seperti zaman Rasulullah Muhammad SAW itu atau dalam term Muhammadiyah disebut sebagai masyarakat utama, adil, dan makmur dalam naungan Allah SWT, pasti akan kembali atau pasti dapat dibangun kembali, yang waktunya oleh para Ulama disebutkan sebelum terjadi kiamat. Ini adalah kabar gembira bagi umat muslim. 


Inilah yang harus menjadi landasan teologis pergerakan Muhammadiyah. Pakar-pakar sejarah menyimpulkan bahwa peradaban yang bertahan lama adalah peradaban yang dilandasi oleh nilai-nilai spiritual/ teologis. Walau kesimpulan pakar ini hanya sebagai pendekatan untuk menambah keyakinan anggota Muhammadiyah (juga ortomnya), juga dapat menjadi dasar dakwah kepada orang-orang muslim (bahkan mayoritas umat Islam) yang lebih cenderung mendewakan metode Ilmiah. 


Islam adalah agama yang holistik (menyeluruh, kaffah) dan paripurna (tertinggi, ya’lu). Ajarannya memuat aturan tentang individu terhadap Tuhan, individu terhadap dirinya,interaksi antar individu, dan interaksi individu dengan alam. Interakasi individu dengan Tuhan yaitu dalam hal kredo (aqidah) dan ritus (ibadah). Kami ingin menegaskan disini bahwa terkait dengan kredo dan ritus maka harus kembali kepada dalil shahih (Quran dan Sunnah). Adapun pendekatan ilmiah itu adalah salah satu pendekatan, ia bisa menjadi pelengkap, tapi tak bisa menggugurkan dalil shahih itu.


Interaksi individu dengan dirinya adalah pikiran, perasaan, dan perbuatan individu kepada dirinya. Interkasi antar individu antara lain bidang pendidikan, hukum, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Interaksi individu dengan alam antara lain pertanian, peternakan, perikanan, dan kelauatan.


Simpulnya adalah bahwa setiap individu, pikiran, rasa, dan perbuatannya harus sesuai dengan tuntunan dan tuntutan islam yang benar. Upaya ini kami sebut sebagai gerakan keilmuan. Pangkal terakhir dari gerakan keilmuan adalah ma’rifatullah (mengenal Allah –Aqidah Tauhid yang lurus atau pemahaman islam yang benar). Selain untuk mencapai pemahaman islam yang benar, gerakan keilmuan juga harus diorientasikan pada upaya menafsirkan uslub (cara-cara) dalam Quran dan Sunnah yang terkait dengan interaksi manusia dengan manusia atau interaksi manusia dengan alam dalam konteks semangat zaman kekinian.


Kita terus berupaya untuk memaksimalkan ikhtiar, menunaikan sebab-sebab tegaknya peradaban Islam. Selebihnya kita tawakalkan kepada Allah semoga melimpahkan rahmat dan berkat-Nya dalam perjuangan ini. Wallahu Alam bish shawab.




------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini adalah Karya Kelompok III yaitu M. Asep Rahmatullah, Erwin, Wahid, Haidir Muhari saat mengikuti Workshop Riset dan Pengembangan Keilmuan DPP IMM di Yogyakarta, 8-11 Desember 2016



Komentar

Populer