Rekonstruksi (Spirit) Masjid




Sumber foto: Google

Masjid memiliki sejarah yang cukup panjang dan memukau dalam perjalanan umat Islam. Tak hanya sebagai pusat peribadatan, tetapi juga perumusan gerakan dan peradaban. 

Sehingga dapat dipahami program pertama yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW saat hijrah ke Yastrib adalah membangun masjid. Lalu Yastrib menjadi kota cahaya, titik balik gemilangnya peradaban dan penyebaran dakwah Islam hingga ke seantero negeri. 

Kata masjid secara harfiah dari kata sajada, yasjudu, sujudan. Masjid merupakan isim makan yang berarti tempat sujud.

Menariknya, tempat ibadah umat islam tidak disebut, marka' atau tempat ruku'. Meskipun kata rakaat oleh para ahli bahasa disebut seakar dengan kata ruku'. 

Ternyata memang sujud punya rahasia besar. Kamus al-Munawwir mengartikan sujud sebagai membungkuk dengan khidmat.

Sujud menurut Sidi Gazalba adalah bentuk persaksian kesadaran yang dilisankan, mengejawentah dalam perbuatan badan (tujuh anggota), diiringi pengakuan batin yang mendalam yang mengakui dan meyakini iman. Ada memori purba tentang sujud ini. 

Dikisahkan dalam surat Al Baqarah 2 ayat 34, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam, kecuali Iblis. Iblis menolak bersujud dan menyombongkan diri. Ia merasa lebih baik dari Adam karena anasir penciptaan Adam adalah tanah, sementara ia dari api. 

Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa masjid dalam al-Quran disebut sebanyak 28 kali. Selain sebagai bangunan tempat salat, dalam sebuah hadis, bumi yang kita berpijak di atasnya disebut oleh Rasulullah SAW sebagai masjid. 

"Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Menurut Quraish Shihab ini berarti tanda bahwa fungsi masjid sangatlah luas. Hingga berarti tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan ketundukan kepada Allah SWT. Jelaslah bahwa masjid menjadi sangat urgen kedudukannya bagi umat islam. 

Masjid sebagai tempat penyemaian ketundukan, kepatuhan, dan ketaatan hanya kepada Allah SWT, pencipta dan penguasa semesta raya. Spirit itu mengejawantah dengan menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, apapun, kapanpun di manapun, dan bagaimanapun aktivitasnya. 

Tidak sebatas ibadah an sich, tetapi nyata dalam laku sosial. Masjid juga sebagai proklamasi akan kesetaraan kedudukan sesama manusia. Sesiapapun manusia, tanpa mensyaratkan sematan duniawiyah. Konsekuensinya adalah persaudaraan atas dasar keberislaman (ukhuwah al-islamiyyah). 

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam." (HR. Muslim) 

Persaudaraan yang berangkat dan tanpa embel-embel suku, pilihan politik, jenis kelamin, pangkat, jabatan. Berdiri bersama orang yang berdiri, ruku bersama orang yang ruku, sujud bersama orang yang sujud, duduk bersama orang yang duduk. 

Masjid juga sebagai tempat didirikannya salat. Artinya, masjid sebagai tempat meniti keselamatan, salam dengan orang-orang yang salam. Sinergi untuk berperan dalam memecahkan pelbagai problematika sosial. 

Sehingga, miris apabila saldo celengan masjid menumpuk, lalu di sekitarnya ada anak-anak yatim yang telantar, atau ada anak-anak yang putus sekolah. Apalagi mereproduksi kebencian tanpa syarat menyulut pertikaian atau menyokong patologi sosial. 

Masjid juga sebagai tempat pengajian. Tidak berarti hanya mempelajari cara baca al-Quran dengan cengkok dan nada-nada yang indah. Termasuk juga literasi yang berfungsi untuk menadbir bumi. 

Masjid tidak sebatas untuk mengajarkan berislam secara baik dalam ibadah. Melainkan juga, berislam secara baik sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi. Memberantas kebutaaan dari ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu kehidupan, sebagai pusat pencerdasan umat.(*) 

Pernah terbit di Faktual.net dengan judul Rekonstruksi, Spirit Masjid

Komentar

Populer