Penyangga Penanganan Pandemik


Pandemik nCov19 ditengarai puncaknya pada September 2020 dan akan berakhir Mei 2021. Dimungkinkan juga akan terus jalar-melingkar tak berujung. Mengingat geografis Indonesia pulau yang saling terpisah.

Fasilitas kesehatan yang jauh berbeda antar pulau. Belum lagi mobilitas penduduk yang sangat tinggi. Jika daerah lain sudah normal, sementara daerah lainnya belum. Kondisi ini, lagi-lagi akan menjadi garis yang tak jelas ujung pangkalnya.

Secara umum fasilitas kesehatan kurang memadai, terlebih banyak alat pendukung yang bisa mencegah, telah lebih dulu jadi komoditas bisnis. Masker misalnya, yang dijual ke Tiongkok di awal-awal. Terbukti Alat Pelindung Diri bantuan dari RRT berlabelkan made in Indonesia. Itu kan!

Belum lagi penanganan nCov19 terindikasi hanya dijadikan momentum merampok uang negara. Pro dan kontra Perppu COVID-19 yang semakin memanas. Secara umum setelah mengamati penanganan dan solusi yang ditawarkan pihak berwenang, tercium gelagat kurang serius dalam menangani pandemik ini.

Tidak ada rapid test massal yang dilakukan juga, semakin meneguhkan bahwa penanganan pademik ini kurang serius dan terindikasi hanya seremonial semata. Apalagi hasil rapid test memiliki tingkat akurasi yang rendah.

Di atas semua itu kita mesti optimis. Pertama, banyak lembaga, komunitas, anak-anak muda yang serius melakukan upaya-upaya pencegahan sesuai kesanggupan masing-masing. Social movement yang berangkat dari kesadaran etik ini yang selalu jadi penopang di saat-saat krisis dan kritis bangsa ini. Bisa kita pelajari berbagai tragedi kemanusiaan dan bencana alam di bangsa ini, bahkan di dunia Internasional.

Kedua, bumi Indonesia yang subur dan banyak tanaman hijau dan rempah yang mampu menjaga imunitas tubuh. Pertiwi memang tak selebar daun kelor. Kata Gomloh, tanah surga, tongkat kayu, dan batu jadi tanaman. Kelor, jahe, kunyit, bayam, tauge, serai, teh, pisang, dan lain-lainnya. Termasuk letaknya di garis khatulistiwa sehingga disimbahi cahaya matahari yang memadai cukup dan iklim yang berimbang.

Ketiga, supaya tidak kepanjangan tulisan ini. Indonesia juga adalah negeri yang masyarakatnya kerap melakukan doa dan hal batin lainnya. Semakin menyempurnakan simpul-simpul kausalitas material.

Mari patuhi protokoler kesehatan, juga terus bersujud ringkih tafakur, melangitkan doa dan zikir. Semoga pandemik ini segera berakhir, sehingga bisa menjalani ramadan dan Idulfitri dengan khidmat.



Komentar

Populer