Siur Pilkada Buton Tengah 2022
"Politik tidak pernah tidur dan tidak ada yang terlalu pagi dalam politik."
Begitulah Majalah Gatra menuliskan tentang kemungkinan koalisi poros baru JK, Anis, dan HRS. Namun bukan itu tujuan coretan ini saya posting.
Dalam naung ketidakpastian pelaksanaan pilkada serentak 2022, namun siurnya sudah merabai. Tak elak lagi, beberapa namapun mencuat untuk maju ke hadapan sebagai kandidat kepala daerah.
Begitu pun berlaku di Buton Tengah, Buteng. Seperti kutipan dari Gatra itu, tak ada istilah terlalu dini, terlalu pagi, atau istilah semakna, dalam politik. Bagi politisi setiap sekon adalah pentas lakon untuk mengibar dan merajut dukungan dari konstituen.
Ada nama tokoh Pendidikan misalnya Pak Dr. Azhari (Rektor USN Kolaka), ada juga politisi Pak Subhan (Ketua DPRD Kota Kendari), dan tentu juga petahana saat ini, Pak Samahuddin. Selain itu nama-nama lain yang juga mengapung ke permukaan.
Siapapun dan bagaimanapun, manuver adalah lumer dalam politik. Mengemas, mengibas, dan menepis isu itu sudah biasa dalam demokrasi kita.
Kata Prof Frans Magnis Suseno salah satu pilar demokrasi adalah kesetaraan. Berarti tidak hanya sebatas sesiapapun berhak mencalonkan diri, tetapi juga bermakna bahwa Bupati (dan tentu jabatan lainnya) adalah tetap rakyat biasa.
Ekskulisifitas, ketidakberpihakan, dan keabaian akan nasib rakyat, SDM, dan pembangunan daerah, bukanlah perangai pejabat. Memikul beban rakyat, bukan sebaliknya, bergantung di beban rakyat.
Namun, selama kesemrawutan etik dan politik uang masih membiak, juga etika politik tidak tegak, yoo wes. Itu hanya akan terdengar klise dan autopis.
Seperti tidak ada yang terlalu dini dalam politik, untuk mengambil langkah, juga peluang, kemungkinan, masih sangat terbuka. Termasuk munculnya figur lain.
Sedari dini. Kita semua melihat dan menanti episode selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar