Riak di Awal 2021 untuk 2022





HANYA kepentingan yang abadi. Tak ada kawan abadi dalam politik. Begitu juga, tak ada lawan abadi.


Itulah asas politik yang mengemuka dalam laku saat ini. Pentas nasional lalu digegerkan dengan bergabungnya Sandi dalam kabinet Jokowi.


Fenomena itu setidaknya mengonfirmasi asas politik tersebut. Begitu juga siur Pilkada Buteng saat ini.


Foto Pak Samahuddin bersama Pak Umar Samiun di Pantai Mutiara, Desa Gumanano, diposting ramaikan. Nampak mesra.


Latarnya bagus. Pantai mutiara yang langsung menghadap ke lautan. Laut Banda yang dalam. Menyendirikan pulau Sulawesi dari Paparan Sahul juga Paparan Sunda.


Dalam pilkada lalu dua tokoh ini adalah lawan. Petarung bersarung, sebutan untuk Pak Umar Samiun, mendukung Pak Mansur Amila.


Cetus senior saya, "Biasa itu, jangan lupae politik ini". Katanya, politik yang sesungguhnya bukan yang di depan umum, tapi di bawah meja. "Tenang-tenang saja dan," cetusnya.


Tak ada kata terlalu dini dalam politik. Karena politik takkan pernah tidur. Politisi saja yang suka begadang, sampai bangun dilumbai matahari.


Beberapa waktu lalu juga, foto pembangunan USN Kampus B di Wakambangura juga terumbar-siar. Kampus ini adalah buah tangan tokoh pendidikan Pak Azhari, Rektor USN.


Nampaknya riak Pilkada Buteng 2022 mendatang akan terus bertalu-bersahutan. Masing-masing bergerak dalam lajur dan jalurnya sendiri. Buah tangan Pak Azhari kampus di Wakambangura dan anjangkarya Pak La Ramo, sapaan Pak Samahuddin, di Gumanano. 


Kata tetua di kampung, politik itu bersisi dua. Siapapun yang terpilih dari eleksi politik akan selalu punya musuh. Walau di awalnya dielu-elukan sesepenuh asih.


Tetapi, lanjutnya, manusia kebanyakan tak ada yang tahan dari sengat mentari. Pasti mereka berteduh di pohon yang rindang. Saat pohon itu tak mampu menahan sengatan, pohon itu akan ditinggalkan.


Seperti tulisan lalu. Penantang memang harus hadir memancar harapan, bahwa di masa kepemimpinan mendatang keadaan bisa lebih baik dari hari ini.


Petahana juga tak boleh tidur. Ia harus terus berkiprah nyata ke khalayak. Menunai janji kampanye kepada rakyat. Akhirnya rakyatlah yang akan memilih dan memutuskan.


Kita terus menantikan episode selanjutnya, dari petahana ataupun penantang. Termasuk juga dari penantang lainnya, seperti Pak Subhan, Pak Rasyid Syawal, atau Pak Mansur Amila, juga mungkin tokoh-tokoh Buteng lainnya.[*]

Komentar

Populer