Gelitik Isu: Siur Pilkada Buteng 2022

 




AGENDA politik dan isu adalah dua hal yang saling berkaitan-kelindan. Tak ada agenda politik tanpa isu. Atau pun, isu tidak berdiri sendiri menjomblo, biasanya selalu bersanding dengan agenda politik.


Untuk menjaga agenda politik, salah satu setting-nya adalah reproduksi isu. Seperti penonjolan opini, propaganda, dan kampanye.


Siur Pilkada Buton Tengah (Buteng) 2022, beberapa isu sudah tersebar merumput. Beberapa isu telah mencengkeram plot-nya sendiri. Misalnya #PulangKampung.


Isu tersebut dilekatkan dengan sosok pendidikan, Pak Dr Azhari, Rektor USN Kolaka. Isu perihal pulang kampung untuk bangun kampung. Gema isu itu menyebar sedemikian apik, sehingga pengumpulan KTP untuk persiapan calon jalur independen pun, tak perlu tempo lama. Meskipun tentu ada faktor pendukung lain, seperti ketokohan dan tim.


Sebagai penantang, Pak Azhari (juga bakal calon lainnya, seperti Pak Subhan, Pak Rasyid Syawal, dan nama lainnya) dalam timbangan isu mesti hadir dengan narasi harapan. Dengan itu, sedikit banyak bisa saja "menggelitik" (dalam tanda kutip) petahana (atau loyalis), Pak Samahuddin, Bupati Buteng saat ini. 


Ada studi menarik yang terkait ini. Para pakar psikologi dari Stanford University melakukan riset dan hasilnya mengejutkan.


Orang yang memiliki perasaan gelisah dan tidak puas sejak awal, akan lebih cepat tersulut amarahnya. Mereka yang sejak awal punya keinginan untuk marah akan semakin naik pitam saat tahu ada orang yang memiliki perasaan yang sama. 


Hal ini berbeda dengan yang sejak awal bersikap tenang, maka takkan mudah terpengaruh kemarahan orang lain, atau isu yang diterbitkan. Lebih lanjut, riset itu menemukan kondisi yang disebut dengan echo chamber. Yaitu orang yang marah akan fokus mencari informasi dan alasan untuk membenarkan kemarahannya.


Kemarahan (baca: echo chmaber) bukanlah sesuatu yang kita inginkan dalam menyambut Pilkada Buteng 2022, yang siurnya terus bertalu. Coretan ini hanya menelisik yang ringan-ringan saja, juga sebagai ikhtiar antisipatif. 


Isu dalam agenda politik itu mesti ada. Namun, tidak lantas mengemas isu yang menodai hak asasi dan hak asali manusia. Jika isu diibaratkan makanan, -bagi umat islam, buat dan beli makanan yang halal.


Isu tidak hanya perlu dikemas, ia juga perlu dikibas, dan ditepis. Menepis isu bisa dengan isu, bisa juga dengan kiprah nyata.

Komentar

Populer